pohon non-reguler



Saya masih ingat ketika pertama kali masuk kuliah. Asing. Begitulah kesan yang timbul di otak saya. Terpilih sebagai ketua angkatan dan juga sebagai ketua kelas. Sesuatu yang belum pernah saya emban selama mengenyam pendidikan di bangku sekolah dulu. Dan pastinya ini adalah pengalaman baru yang sangat berharga dan unforgetable! Hal yang sama juga saya rasakan ketika saya memasuki kelas C (kelas non-reguler) dengan jumlah mahasiswi berjumlah lebih banyak dibanding mahasiswanya. 17:2 . Itu bukan jam, tapi perbandingan jumlah murid non-reguler yang terdaftar di awal semester.

Ibarat sebuah pohon yang semakin tinggi tumbuhnya, semakin kencang angin yang berhembus menerpanya. Kelas ini pun tak luput dari intrik yang terjadi di dalamnya. Baik antara dosen-mahasiswa atau antar sesama individu itu sendiri. Sudah banyak cerita yang kami urai di kelas ini. Pengalaman-pengalaman tak terlupan telah bergulir, beriringan dengan waktu yang tak mungkin bisa dilawan. Layaknya daun yang tak sanggup lagi bertahan di dahan, seperti itulah kondisi kelas non-Reg saat ini, dimana sudah beberapa orang yang tereliminasi dari kelas ini dengan berbagai macam alasan, dan bukan tidak mungkin ke depannya (walau berat) masih ada lagi murid yang gugur dan hanya menyisakan beberapa diantaranya…

Inilah sepenggal memoar dari mereka yang akan selalu kuingat, ketika aku tak lagi bisa disamping mereka…

Ajeng Hermawan. None Bekasi yang cantik dan selalu bikin ketawa dengan celetukannya yang gaul serta mimik mukanya yang membuat orang geli. Kata-kata yang selalu aku ingat darinya adalah, “Pu, saat lo berhasil kerja di kedutaan, gue mau jadi istri lo supaya gue bisa tinggal di luar (negeri) hahaha…”

Azka Mirra. Sering di panggil Dorami ato Mariza (hahaha…pish!). bocahnya ndut, dan ngegemesin. Pokoknya kalo ngeliat dia, bawaannya pingin nyubit + nonjokin mulu. Polos dan apa adanya. Begitulah kesan yang aku tangkap dari Azka. Kata-kata yang selalu aku ingat darinya adalah, “Iiiiiiihhhh…gak gityyuuuuu….!!!!”

Destin Diaz Hakim. Suka banget sama Doraemon (pantesan badannya mirip hahaha…pish!). ibu peri yang sangat dermawan dan sangat keibuan. Kalo di kelas sering disebut mamih (tebak sapa hayo papihnya?). yang aku kagum dari dia adalah keiklasan dan tanpa pamrihnya dalam memberi dan berbagi. Dia adalah salah satu teman terbaik yang aku miliki di kelas ini.

Dwi Aulia. Gadis cantik dengan pakaian yang selalu modis tiap hari dan nggak ngebosenin untuk diliat. And she is smart! Dan entah kenapa, aku selalu ingat kejadian dia jatoh pas dikelas mme Dian tanpa sebab (hahaha…kocak!!!).

Erna Irawati. Tipe cewek setia yang patut dijadikan contoh. Yang bikin ketawa adalah pas dia memperkenalkan diri pake bahasa Prancis sambil manggut-manggutin kepala tanpa sadar, “Je m’appelle Erna!!!” dan sering diledek-ledekin “Love you!!!” akibat vidio skandalnya dengan Prio (cowoknya). Hahaha…pish!

Fransiska Fian. Dipanggil Cika, Ciko ato Ciken. Putri Cibinong yang muales banget kalo dateng ke kampus dan bawaannya ngantuk mulu kalo di kelas. Ngefans berat ma Choky Sitohang.

Meidina Suci Kaniawati. Miss Rempong yang biasa dipanggil Kania ini paling nggak suka kalo dipanggil Wati (kebayang gak sih lo berapa banyak orang Indonesia yang punya nama belakang pake embel-embel “wati”. Mulai dari Megawati sapai Ekowati). Orangnya moody-an. Kadang ceria, kadang ngomel-ngomel gak jelas, kadang BT, kadang teriak-teriak histeris, dan beragam ekspresi lainnya yang bikin orang pusing sekaligus terhibur dengan tingkah polahnya.

Mariana Marito. Cewek batak ini suka banget sama yang berbau-bau Bolywood. Sering joget-joget ala India kalo dikelas (kalo dikelas nggak ada hiburan, cukup setel musik India maka anda akan menikmati tarian India ala Nana -dalem-). Cukup menghibur dan bikin ketawa dengan tarian konyolnya hehehe…

Melinda Yulia Putri. Bukan, ini bukan Melinda yang nyanyi “cinta satu malam”, ini Melinda berjilbab namun tidak alim (lho?). Jago banget bikin dialog dalam bahasa Prancis dan selalu sukses dan menghibur. Kemana-mana selalu ada Ajeng di sisinya. Saya jadi curiga ada apa-apa diantara mereka.

Nurul Fatimah. Biasa dipanggil Iyoey. Entah apa alasannya (padahal nama Fatimah kan keren). Suka nyanyi dan pernah tergabung dalam grup paduan suara. Setiap ngeliat Iyoey, saya selalu teringat dengan penyanyi dangdut. Kenapa ya? Entahlah, saya sendiri tak tahu.

Shintawati (handayanti). Saya sering menyanyikan lagu Cinta Mati 2 miliknya Mulan Jameela dengan mengganti liriknya dengan nama Shinta, “Shintawati…harus di*sensor* sampai mati, jangan sampai ke lain hati, nanti jadinya tai…”. Tapi itu cuma bercanda kok! Gaya dandan Shinta mengingatkan saya dengan style Harajuku Jepang yang saling tubruk sana-tubruk sini namun tetap modis (ehm). Buat Shinta: hati-hati dengan lidahmu. Pepatah bilang, lidahmu, harimaumu. Kalo nggak pandai-pandai jaga omongan bisa fatal akibatnya. Ngerti kan maksudnya?

Tara Nerisa. Gadis Batak bertutur Solo. Maksoed Loe??? Dia tidak seperti gadis batak pada umumnya yang identik dengan suara lantang dan tegas. Tara mengingatkan saya dengan orang-orang keraton yang bertutur kata lembut dan jarang sekali bicara kecuali diajak ngobrol. Saya banyak belajar dari Tara. Kesabaran. Itulah yang sampai sekarang masih sulit untuk kulakukan. Buat Tara: jangan patah semangat Tara. Jalan didepan masih terbentang lebar. Terus pacu semangatmu dan raih prestasimu. Aku percaya kamu bisa. Ciao Tara!!!

Vety Trisna. Mungil, padat dan berisi (Kayak lontong isi) Itulah Vety. Gadis berjilbab yang demem banget sama drama korea dan pingin banget ke Korea (tapi kok masuk jurusan bhs Prancis???). Asal boleh dari Padang, tapi logat Betawi abezzzzz… ehm, konon kabarnya, menurut penuturan temen-temennya (sapa hayo???), Vety itu suka ngaret! Janjian jam brapa, datenganya jam brapa. Buat Vety: waktu adalah uang. Menghargai waktu tidak hanya menghargai orang lain lain, tetapi juga menghargai Tuhan. Karena sholat pun juga ada waktunya ^_^

Yunita Agustiani. Woalah…Agus, Agus!!! Tahu iklan itu? Saya sering ngedeknya dengan kalimat itu. Oneng sebutan gadis yang emang rada-rada oneng ini. Saya merasa senang ketika ngumpul-ngumpul bersamanya. Dengannya, kita bisa ketawa-ketwa kaya orang gila, karena emang pembawaaannya emang udah sarap. Oneng itu nggak gendut, tapi cenderung seksi (mbleber maksud lo hehehe…). Easy going. Itu sifat Oneng yang saya kagumi. Pengalaman nyari buku di pasar Senen (yang mengingatkan aku pada adegan Rangga dan Cinta di Kwitang) nggak akan pernah terlupakan.

Yunita Handayanti. Bukan, ini bukan kembarannya Oneng. Meskipun Oneng seksi, tapi tak seseksi Nita, begitulah panggilan akrab gadis cantik ini. Saya selalu tertawa setiap kali mendengar cerita waktu PKMJ di Depok (cerita di kamar mandi), dan entah kenapa saya selalu terbayang Miyabi dan kawan-kawan di film dewasa yang biasa di download Ikhwan ketika melihat Nita. Bukan berarti dia erotis lho, tapi emang pesona dia aja yang emang mirip Aura Kasih (Yuhuuuu…cuit-cuit!!!). Karena sudah banyak pengalaman dalam bekerja, saya banyak belajar dari Nita gimana caranya saat dan pas kita ngelamar kerja.

Mereka yang telah gugur….

Ikhwan. Si Bolang (bocah ilang) yang satu ini hobby banget naek gunung, tapi abis naek gunung biasanya doi langsung tepar di rumah sakit beberapa hari karena kecapean ckckck…dia satu-satunya sahabat (cowok) saya di kelas C. Karena jarang masuk karena kesibukannya (apalagi kalo bukan manjat gunung) dia terpaksa tidak mengikuti kelas saat semester dua kemaren. Nggak ada lagi orang yang satu pemikiran sama saya. Nggak ada lagi orang yang selalu dijadiin tumbal oleh mlle Upi. Cukup kehilangan dengan ketiadaan Bolang di kelas C. semoga semester depan Ikhwan bisa bareng-bareng lagi dengan kita di kelas C. Pesan buat Ikhwan: Komputer loe udah sembuh Boy? Ada “barang” baru lagi gak? Eh, download-in Vidio Ariel donk hehehe… (Vidio klip maksoednya).

Bernedetha atau Detha. Gadis molek tinggi semampai yang pindah karena minatnya bukan di jurusan Bahasa Prancis. Meski begitu, keberadaannya cukup menjadi cerita di kelas C ini terutama buat genk Babi(k) yang merasa sedih dengan kepergiannya. Semoga kedepannya Detha bisa tersenyum bangga dengan keberhasilannya di bidang lain. Saya yakin dan doakan Detha mampu meraih cita-citanya.

Rizki Mariza. Icha, begitu kita memanggilnya. Namanya sempat mencuat di semester satu dengan cerita-cerita kontroversinya yang bikin kuping gatel dan membuat gerah orang yang mendengarnya. Sebenarnya Icha merupakan sosok yang menyenangkan jika saja ia mampu menjaga lisannya dan tidak berbuat onar dan menggunjing kekurangan orang lain (karena setiap orang pasti punya kekurangan). Jika saja Icha bersedia dengan lapang dada meminta maaf kepada semua pihak yang bersangkutan yang merasa tersingung dengan ucapan Icha, saya rasa Icha tidak perlu sampai harus pindah kampus tanpa keterangan yang jelas. Masalah bukan untuk dihindari Cha, tapi diselesaikan. Orang yang tersakiti mungkin akan melupakan Icha, tapi tidak akan pernah lupa dengan ucapan Icha. Nggak usah nunggu sampai lebaran, sekarang belum terlambat untuk mengucapkan kata “Maaf”. Dan saya yakin, teman-teman disini akan memaafkan kekhilafan Icha. Karena saya juga menyadari, bahwasanya manusia tidak akan pernah lepas dengan yang namanya salah. Karena kita bukan malaikat. Dan ingat, ada saatnya nanti kita dimintai pertanggungjawaban dengan apa yang telah kita perbuat di dunia ini. Semoga Icha mengerti.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar