PASTOP




Negeri van Oranje, yang mengispirasi gue untuk dapet beasiswa ke luar negeri!!!!
Confeito, karya Widhy Puspitadewi. Filosofi permen Confeito dan persahabatan.

Ada cerpen yang judulnya Buddha Bar dalam buku ini. Buku karangan Dewi lestari favorite gue banget.

Ada persamaan dalam tiga buku ini. Ceritanya sama-sama tentang persahabatan 5 orang (1 cewek, 4 cowok). Dan entah suatu kebetulan atau bukan, kisah di dalemnya mirip kayak persahabatan gue sama Rungky, Irfan, Ali dan Ria. Ya, Ria satu-satunya cewek dalam Genk yang kita namain Pastop (Singkatan dari Pasukan Ngetop hehhehee...maksa:)

Dan persahabatan yang udah berjalan cukup lama ini yang mengiinspirasi gue untuk mengabadikan "cerita kita" dalam sebuah cerpen.

PASTOP

Ria, Pu’ant, Irpan, Rungky, dan Ali.

Ria sang Pecinta.

Pu’ant si petualang

Irpan sang juru masak.

Rungky si pelukis

Ali sang pemimpi.

Mereka berlima. Mereka bersahabat. Mereka ceria. Mereka berambisi. Mereka memiliki dunianya sendiri. Mereka berbeda. Merekalah… Pastop!

***

Tanyakan berapa lelaki yang sudah dipacari oleh Ria. Niscaya kamu akan mendapatkan nilai yang fantastis. Bahkan jari tangan ditambah jari kakimu saja tak sanggup untuk menampung jumlahnya. Bila wanita sering diibaratkan bunga dan pria adalah kumbang, maka Ria adalah kebalikkannya. Ia ingin bertukar posisi. Ria yang jadi ratu lebah sementara pria sebagai bunganya. Bunga demi bunga sudah ia singgahi untuk mencicipi manisnya madu yang terkandung di dalamnya. Jika madunya habis, ia pun akan berpindah ke kuntum bunga yang lainnya.

Sudah tak terhitug lagi berapa kali ia terjatuh dalam pelukan lelaki, dan terjerebab ke jurang kepedihan karena seorang hidung belang. Airmata sudah menjadi aksesoris yang menghiasi kehidupannya. Apakah ia lelah? Tidak! Ria adalah mutan yang mempunyai kekuatan menyembuhkan diri yang paling dasyat. Ia selalu mampu berdiri lagi meski sudah terjatuh dan terluka puluhan kali. Luka itu cepat sekali sembuh, karena ia mempunyai obatnya; berkumpul dengan para sahabatnya dan mencurahkan seluruh keluh kesahnya, menangis, setelah itu sudah. Senyum itu terbit lagi keesokan harinya.

Ria masih muda, ia cantik, energik dan memiliki kepribadian menarik. Semua orang akan merasa nyaman dan bisa menjadi dirinya sendiri jika berada di dekat radiusnya. Terlebih ia suka sekali berbagi kisah tentang kehidupannya. Kalau sudah begitu Ria tak ubahnya seperti magnet yang mampu menarik perhatian banyak orang. Pu’ant rela menutup map perjalannya, Rungky rela rehap sejenak dari kegiatannya melukis, Irpan rela membiarkan makasakannya gosong, dan Ali rela bangun sebentar untuk meminjamkan telinganya. Itu semua mereka lakukan hanya untuk mendengarkan ceritanya yang berpuluh-puluh episode dan sepertinya tidak akan pernah habis.

Tapi ke-4 sahabatnya tidak pernah bosan, karena di dalam setiap ceritanya selalu ada makna dan arti hidup dari seorang Ria. Bukan salahnya bila Ria menjadi si penjajak cinta, karena ia ingin benar-benar mendapatkan cinta sejati itu. Tiada kata “menyerah” dalam kamusnya. Yang ada hanya kata “terus maju”, untuk menjemput cintanya. Karena ia adalah sang pecinta…

***

“Apa ambisi terbesarmu?”

Lontarkan pertanyaan itu pada Pu’ant. Maka ia akan menjawab,

“Aku ingin berkeliling dunia!”

Tinjunya akan terangkat ke udara dan semangatnya akan menggelora jika sudah membicarakan tentang ambisinya tersebut. Keinginannya untuk menjadi penerus Marco Polo dan Christopher Columbus sepertinya sudah tak bisa lagi terbendung. Ia ingin menyebrangi samudra, menjejakkan kaki di setiap benua, berkunjung ke 7 keajaiban dunia, berdiri menantang di puncak Everest, berkelana di gurun Sahara dan mengapung di Laut Mati. Dari kecil Pu’ant memang sudah menyukai pelajaran sejarah maupun geografi mengenai suatu negara. Koleksi buku maupun biografi para penjelajah dunia memenuhi rak bukunya. Di dinding kamarnya tertempel peta dunia yang terpampang lebar. Sebelum tidur, ia selalu menatap peta itu dan ketika matanya terpejam ia sudah berada di dunia yang sedari dulu ia cita-citakan: berpetualang!

Jika musim liburan tiba, Pu’ant-lah orang pertama dan yang paling bersemangat mengajak 4 sahabatnya pergi ke luar kota dan mengunjungi tempat yang belum pernah mereka datangi. Bahkan ide gilanya untuk mengadakan perjalanan mengelilingi Indonesia sempat ditentang oleh keempat sahabatnya. Ria tak tega meninggalkan pacarnya, Irpan berat meninggalkan restoran mininya, Rungky sibuk dengan galeri seninya yang sebentar lagi akan dibuka, sementara Ali asyik tidur. Namun entah bagaimana ia berhasil meyakinkan mereka semua dan akhirnya perjalanan mengunjungi 33 propinsi di Indonesia itu pun terwujud. Dan perjalanan 5 sahabat itu berlangsung sangat mengasyikkan.

Ria, Irpan, Rungky, dan Ali tak pernah menyesal telah mengambil keputusan yang tepat untuk turut serta dalam perjalanan paling spektakuler itu. Mata mereka yang tadinya buta kini seolah bisa melihat. Hati mereka berdesir oleh dunia yang selama ini selalu bersemayam di dada Pu’ant. Sensasi yang selama ini selalu didengung-dengungkan Pu’ant telah mereka rasakan sendiri. Petualangan itu seperti labirin; misterius, tak terduga dan menghasut kita untuk terus menguaknya. Ada banyak keajaiban yang terhampar di berbagai belahan bumi. Dan Pu’ant ingin sekali mencicipi sekaligus berbagi pengalaman itu dengan cara yang berbeda.

Dan kini mereka pun tahu alasan mengapa petualangan itu menjadi ambisinya. Karena dialah si petualang…

Un cocomero tondo tondo

Che voleva conquistare il mondo

Che voleva che tutti gli altri superare

Un bel giorno si mise a…

Viaggare!

(canzone italiana)

Semangka yang bundar

Ingin menguasai dunia

Dan mengalahkan yang lain

Suatu hari yang indah ia pun…

Berpetualang!

(lagu anak-anak Italia)

***

Racikan bumbu ia masukkan ke dalam kuali berisi air mendidih. Setelah itu, dimasukkannya irisan wortel, kentang, buncis dan bakso. Sambil menunggu sup itu matang, jemarinya dengan lincah memotong cabe, daun seledri, jamur, bawang, kentang, wortel, labu, dan tomat, yang kemudian ia tumis dengan minyak zaitun. Tambahkan taburan merica dan garam. Aroma harum langsung mengepul dari kedua jenis masakannya. Kira-kira 15 menit kemudian masakannya matang dan siap untuk disajikan.

Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Para karyawan yang biasa membantunya sudah pulang dari satu jam yang lalu, sementara masih tersisa 4 orang pelanggan setia yang menempati meja nomor 5. Ya sudah, dengan terpaksa ia mengantarkan pesanan ke meja itu.

Kedai mungil bernama “Pasto Resto” itu seharusnya sudah tutup pada 10 malam, namun Irpan selalu membuka pintu kedainya lebar-lebar untuk menampung keempat sahabatnya yang selalu mampir hanya untuk sekedar mencicipi hidangan buatannya, minum kopi, atau hanya untuk mengobrol santai untuk mengusir penat yang mengganjal di kepala. Kedai miliknya memang tempat yang paling ideal untuk ajang berkumpul bersama para sahabat.

Bisa berkumpul bersama dengan Rungky, Pu’ant, Ria dan Ali merupakan saat yang istimewa buat Irpan yang telah seharian penuh bergumul di dapur. Ia bahkan menuliskan catatan di buku resepnya seperti ini; sahabat itu seperti makanan 4 sehat 5 sempurna. Maka tak lengkap rasanya bila salah satu diantara mereka tak ada. Hambar. Seperti sayur tanpa taburan garam. Dan cinta dari mereka buat Irpan sama halnya dengan racikan bumbu dapur yang membuat hidupnya lebih berasa.

Irpan bahkan hapal betul menu favorit para sahabatnya. Ria pasti memesan segelas orange juice, karena rasa asam-manis yang terkandung di dalamnya senada dengan asam-manis kehidupan cintanya. Pu’ant selalu minta dibuatkan makanan internasional untuk membiasakan lidahnya agar tidak “shock” saat mencicipi makanan dari berbagai belahan dunia yang akan ia kunjungi. Rungky cukup sayur dan memakan apa saja asalakan tidak mengandung daging, karena selain seorang vegetarian, ia juga penyayang binatang. Sementara Ali adalah yang paling sederhana, cukup segelas Ristretto (nama lain dari espresso, kopi pekat dengan dua kali penyaringan) untuk membuatnya terjaga dan kembali bercerita tentang mimpi-mimpinya.

Asap mengepul serta membawa aroma lezat yang keluar dari masakan yang baru saja digeletakkan di atas meja. Bau harumnya sangat menggoda dan langsung menerbitkan air liur. Lidah serasa bergoyang saat sesuap sup hangat masuk ke mulutmu, hingga membuatmu ingin terus memasukkan suapan kedua, ketiga, keempat dan seterusnya hingga isi dalam mangkuk tak tersisa. Masakan yang tercipta dari tangan pria bertubuh subur ini memang sangat luar biasa nikmat.

Karena ia adalah sang juru masak…

***

Jemarinya meliuk dengan indah di atas kanvas seiring dengan goresan kuas yang memoles cat minyak dipermukaannya. Perlahan namun pasti lukisan beraliran Neo Klasikisme itu pun tercipta dengan sempurna. Indah sekali. Satu buah maha karya lagi yang tercipta dari tangan dingin maestro lukis ini akan menambah deretan lukisan yang akan dipamerkan di galerinya esok lusa.

Rungky, si pengagum Leonardo da Vinci ini memiliki satu lukisan favorit, yang juga ia dedikasikan untuk keempat sahabat dekatnya; Ria, Pu’ant, Irpan dan Ali. Lukisan itu menggambarkan 5 bocah kecil yang tengah duduk di atas rerumputan sambil dipayungi pendaran cahaya bulan purnama. Kepala mereka menengadah ke langit, menatap pekatnya malam yang indah di taburi milyaran bintang. Rungky menamai lukisannya dengan judul “sahabat kecil”. Dan jika ada yang bertanya siapa ke-5 bocah kecil dalam lukisan itu, maka ia akan menjawab,

“Mereka adalah kami…”

Rungky mengatakan itu sembari menatap Ria, Pu’ant, Irpan dan Ali, kemudian tersenyum.

Melukis menurut Rungky sendiri bukan hanya sekedar profesi, apalagi hobby, melainkan sebuah jati diri. Lewat melukis ia bisa mengeksplor dunia sendiri. Dunia yang membebaskannya untuk berkreasi dan berekspresi. Sesukamu. Silahkan saja.

Sahabat sendiri menurut Rungky tak ada bedanya dengan cat minyak yang senantiasa menemaninya melukis. Penuh corak dan membuat hidupnya lebih berwarna. Ria si jingga; lembut, manis, feminim, mengasyikkan dan membuat siapa saja tergoda untuk berada di dekatnya. Pu’ant si merah; penuh semangat, ambisius, pantang menyerah dan berjiwa pemimpin. Irpan si hijau; menyejukkan, dewasa tapi juga humoris dan berbakat untuk menentramkan hati orang. Ali si abu-abu; apa adanya, sederhana, misterius dan selalu diselimuti oleh ketidakpastian, entah hitam ataukah putih? Dan Rungky hadir untuk membubuhi warna yang terakhir. Dialah si biru; pria jujur yang selalu berbicara fakta dan apa adanya, seperti air yang mengalir tanpa bisa dibendung oleh kedustaan. Satu-satunya bakat yang tidak ada pada dirinya: berbohong.

Dalam setiap karyanya pun selalu lahir dari buah kujujuran pikirannya. Karena ia memang si pelukis sejati…

Bersamamu ku habiskan waktu

Senang bisa mengenal dirimu

Rasanya semua begitu sempurna

Sayang untuk mengakhirnya

Janganlah berganti

Tetaplah seperti ini

(“sahabat kecil” dari Ipang)

***

Ali selalu bermimpi ia bisa terbang tinggi ke angkasa, namun ketika menyadari dirinya tak bersayap, ia pun menyerah, tanpa berpikir bahwa ada lempeng besi yang didorong oleh mesin jet yang mampu membawanya terbang ke cakrawala.

Ali pernah bermimpi bisa menyelam ke dasar samudra yang dalam, namun pupus di tengah jalan tatkala menyadari dirinya bernapas dengan paru-paru dan bukan dengan insang. Dan ia juga tak memiliki sirip untuk mendayungnya sampai ke dasar laut. Ali menyerah, karena ia lupa bahwa ada kapal selam yang bisa membawanya menjelajahi dan menguak misteri dunia bawah laut.

Ali selalu tertidur dan bermimpi. Ia bisa berjalan dalam keadaan tidur atau bahkan bermimpi disaat sedang berkumpul dengan empat sahabatnya. Di depan mereka, bibirnya seperti tak pernah lelah untuk menceritakan segudang mimpi-mimpinya. Hanya kepada mereka-lah Ali berani mengungkapkan itu semua, karena hanya mereka yang mau meminjamkan telinga mereka untuk mendengarkan dan memberinya sepenggal nasehat yang diterimanya secara cuma-cuma. Memiliki sahabat seperti Rungky, Pu’ant, Ria dan Irpan merupakan hal terbaik dalam hidupnya.

Namun dari semua mimpi yang pernah Ali tuturkan tidak ada satu pun yang terwujud, karena ia selalu tertidur dan tak pernah terbangun. Di balik matanya yang terbuka lebar, ia tak ubahnya dengan orang yang di hipnotis dan disuruh lari di tempat. Tak berpindah. Ia selalu membiarkan mimpi-mimpinya berlalu begitu saja tanpa arti apa-apa. Apakah ia menyerah? Tentu saja tidak. Beruntung ia memiliki para sahabat –Rungky, Pu’ant, Ria dan Irpan- yang selalu membuatnya bangkit dari ketidakberdayaan dan berani untuk bermimpi lagi.

Kini kalian tahu mengapa Ali tak ingin mengejar mimpi-mimpinya itu. Karena ia adalah sang pemimpi…

Mimpi adalah kunci

Untuk kita menaklukkan dunia

Berlarilah tanpa lelah

Sampai engkau meraihnya

(sepengal lirik dari Nidji)

***

Mereka bersatu bukan karena mereka sama, tapi karena mereka berbeda. Sama halnya dengan pelangi, ia indah karena memiliki beragam warna dan bukan empat atau tiga apalagi dua tidak juga satu. Selagi mereka masih bisa bersama dalam sebuah perbedaan, mengapa harus ada keegoisan untuk manghancurkan persahabatan. Bukankah setiap manusia diciptakan berbeda karena mereka butuh orang lain untuk melengkapi kekurangan yang ada pada dirinya.

Karena itu Pastop ada. Bukan saja untuk saling mencintai tapi juga untuk saling melengkapi.

(mbak dee, maaf banyak kata-kata ajaib-mu aku pakai hehehehe....)


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar