Sebuah Penantian di Hari Spesial

Purnama telah melebarkan pakaian peraknya di tengah pekatnya malam. Tentu saja terangmu seolah tak ingin kalah dengan cahaya bintang yang bertebaran, seolah mengepungmu. Tapi kuakui, cahayamu jauh lebih benderang dibandingkan pendaran nyala api lilin yang bertengger di atas kue ulang tahunku.


Jengah aku menunggumu disini. Dipeluk kesendirian aku mencoba setia meski ragamu tak jua ada. 10.800 detik atau setara dengan 180 menit dan itu sama dengan 3 jam, itulah waktu yang sudah kulalui tanpamu…


Api itu kini telah meredup…


Bukan, bukan aku yang meniupnya. Tidak juga angin. Tapi ia padam karena sumbunya telah habis dilalap api. Menyedihkan memang. Bahkan belum sempat aku mengungkapkan sepenggal doa dan harapan, ragamu pun tak kunjung ada. Hanya kepulan asap putih yang tersisa dari jasadnya.


Dan itu gara-gara kamu, Dika…


Kapan kamu pernah menepati janjimu untuk selalu datang tepat waktu? Kau selalu saja membuatku menunggu di dalam ketidakpastian. Selalu begitu.


Dan kapan kau anggap aku ini yang nomor satu? Aku sudah bosan menjadi yang ketiga setelah sahabatmu dan juga hobby-mu itu. Aku juga ingin sekali-kali yang kau dahulukan, dan bukan yang belakangan dan lantas menunggumu. Aku lelah…


Dibalut gaun hitam elegan, aku mengundangmu makan malam berdua di restoran favorit kita. Aku sudah memesan makanan kesukaanmu, yang kini telah dingin ditiup Sang Waktu. Dan bahkan gelas kacamu saja masih kosong, tak tersentuh oleh harumnya anggur yang berdiri di dekatnya. Sampai akhirnya cahaya lilin di atas kue ulang tahunku padam. Dan itu semua gara-gara kamu.


Kau tak hadir pada malam ini…


Pipiku becek oleh butiran airmata yang menganak sungai. Kuhapus dengan sapu tangan hingga riasan wajahku luntur. Yang kusayangkan bukan riasannya, tapi ulahmu. Kau sangat keterlaluan. Bahkan di hari spesialku saja kau masih mementingkan teman-temanmu, yang setiap hari bisa kau temui. Padahal aku hanya minta semalam saja bersamamu. Apakah itu terlalu berat untukmu?


Aku tak akan minta banyak darimu. Cukup sepatah kata ini saja sudah lebih dari cukup bagiku,


Selamat Hari Ulang Tahun, Sayangku…”


Tapi kini, dengan sebuah doa yang kupanjatkan dalam hati, aku akan menjemput penantianku sendiri. Telah kuputuskan, aku takkan menunggumu lagi. Mulai detik ini…


Bekasi, 19 Juli

Bon anniversaire Ria!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar